Kemasyarakatan
yang Bersifat Sakral. Contoh tarian jenis ini, yaitu:
1)
Tari
ritual perkawinan adat Mentawai, Sumatra Barat.
2)
Tari
Ngarot dari Cirebon, yaitu tarian yang diselenggarakan untuk mempertemukan
pemuda dan pemudi di daerah dan antardaerah sebagai bentuk hubungan interaksi
sosial yang mengandung unsur sakral.
3)
Upacara
sebagai permohonan restu untuk membangun rumah yang diungkapkan dengan Tari
Seru Kajo Noo Gawi oleh masyarakat Flores.
4)
Tari
Kabokang dari Sumbawa sebagai bentuk menyambut kelahiran bayi.
5)
Tari
Wolane dari Maluku menyambut kelahiran bayi.
6)
Tari
Kanja, yaitu Tari Perang. Anehnya, tarian ini dipertunjukkan pada upacara
Maulid Nabi Muhammad Saw. dan menyambut pahlawan perang.
Dari
uraian tersebut, dapat ditemukan ciri-ciri tari yang berfungsi sebagai tarian
upacara, yaitu sebagai berikut:
1) Dilakukan
pada kegiatan ritual keagamaan yang bersifat sakral dan magis serta pada
kegiatan kemasyarakatan yang bersifat sakral.
2) Gerakannya
sangat sederhana karena gerak merupakan ungkapan spontan sebagai ungkapan dalam
menjembatani kehendak jiwa para penarinya.
3)
Gerakannya
monoton dan banyak pengulangan.
4)
Perwujudan
sajian tari (waktu, aturan) erat dengan tujuan penyelenggaraannya.
5)
Musik
terdengar monoton.
6)
Menggunakan
alat musik sederhana dan seadanya.
7)
Penyajiannya
tidak menyentuh segi artistik.
8)
Inti
dari gerak tari ini adalah terkabul atau tersampaikannya tujuan.
Keberadaan
jenis tari yang berfungsi sebagai tarian upacara sangat sulit untuk diikuti
keberlangsungannya. Ada perbedaan yang menonjol dibanding antusiasme masyarakat.
Namun,
di wilayah timur Indonesia, tari tradisional masih lekat dalam kehidupan.
Masyarakat menempatkan adat istiadat membaur dengan kebutuhan dan pola hidup
mereka. Lambat laun, dalam kurun waktu yang lama menjadi sebuah tradisi yang
memiliki nilai seni yang tinggi.
Cobalah
untuk menelaah tabel contoh tari upacara berikut. Tabel ini menunjukkan segala
hal yang berkaitan dengan Tari Wor dari Papua.